Cinta Penjaga Warung Kopi
Sementara itu Ani di rumah sedang memikirkan Tito.
Semenjak pertemuan kedua mereka, Ani jadi tidak bisa melupakan Tito. Apakah
Tito suka sama aku juga yah.?, dalam benaknya. Perasaan itu terus hinggap di
dalam Hatinya, hingga suatu saat dia mendengar kabar bahwa Tito akan menikah.
Hatinya begitu hancur dan teriris. Sejak mendengar kabar tersebut, dia mencoba
untuk melupakan Tito. Hari-hari ia menyibukan diri dengan pekerjaanya, agar ia
bisa melupakan Tito. Akhirnya ada seorang pria yang melamarnya dan Ani pun
menikah dengan pria tersebut dan hidup bahagia selamanya.
Suatu malam dua orang remaja memulai perjalanan
mereka ke suatu daerah unutuk berlibur. Mereka pikir dengan perjalanan malam
akan lebih enak daripada perjalanan siang hari, karena tidak begitu panas. Di
tengah perjalanan mereka mendapatkan masalah, ban sepeda motor mereka bocor.
Mereka pun kebingungan,
Tito :”aduh gimna nih?, ban sepeda motor kita
bocor mana ada bengkel
yang buka jam segini (melihat jam
tanganya)”
Andri :”ya ga ada lah to,kamu mah ada-ada aja
(melihat ban sepeda
motornya)”
Tito :”ya
udah sebaiknya kita istirahat aja dulu di warung itu, sambil tanya-tanya siapa tau ada bengkel yang buka
(menunjuk kearah sebuah warung kopi)”
Mereka pun mampir ke warung kopi tersebut untuk
melepas lelah, setelah perjalanan yang cukup jauh.
Tito :”permisi”
Penjual :”silahkan mas, mau minum apa? (bangkit dari
tempat duduknya)”
Andri :” pesen kopinya satu mba (menuju tempat
duduk)”
Tito :” aku pesen jahe susu aja mba( sambil
tersenyum kepada si
penjual)”
Penjual :” sebentar ya mas (menuju ke belakang untuk
membuat minum sesuai pesanan)”
Setelah si penjual tidak keliatan lagi mereka pun
saling berbisik.
Andri :”to, ternyata kita tidak begitu sial,
gara-gara ban kita bocor kita jadi
ketemu cewe cantik (berbisik di
telinga Tito)”
Tito :”ya ga gitu juga kali ndri, orang kita lagi
susah malah kamu mikrin
cewe cantik (melihat ke arah
televisi)”
Tak berapa lama pesanan mereka pun datang,
Penjual :”ini mas pesenanya (meletakan di atas meja)”
Tito :”terima kasih mba”
Andri :”mba jualan sendirian apa?, kalau boleh tau
nama mba siapa?”
Penjual :”kebetulan ibu saya lagi sakit, jadi saya
jualan sendiri”
”emang kenapa mas nanya-nanya nama saya?”
Andri :”ya pengin tau aja, biar lebih akrab
(menyruput kopinya)”
Tito :”ngapain sih kamu Tanya-tanya nama dia
(menyikut Andri)”
Andri :”kan siapa tau aja bisa nyyantol sama aku to
(tersenyum)”
Penjual :”oh gitu, saya ani. Kalau mas siapa?”
Andri :”aku andri dan ini temanku, namanya Tito
(menunjuk ke arah Tito)”
Penjual
:”oh. Salam kenal aja yah
(tersenyum)”
Andri
:”aku harus panggil apa nih?
(menggoda). Mba Ani apa cukup ani saja?”
Penjual
:”cukup Ani aja. Lagian saya
juga lebih muda dari mas-mas nih”
Andri :”ok deh kalau gitu.”
Setelah saling kenal mereka bertiga asyik mengobrol,
hingga tak sadar waktu subuh hampir tiba.
Tito :”ndri, bentar lagi subuh nih (melihat jam
tanganya)”
Andri :”apa iya to?(melihat jam di hpnya). Oh iya”
Ani :”iya mas, saya juga mau tutup (bangkit dari
tempat duduknya)”
Andri :”mau aku bantuin ga An? (menawarkan
bantuan)”
Ani :” emang mas mau bantuin? (menengok kearah
andri)”
Andri :”mau donk. Siapa sih yang ga mau bantuin
cewe secantik kamu (bangkit dari tempat duduknya)”
Ani :”ah mas bisa aja”
Mereka pun membantu Ani untuk menutup warungnya.
Setelah mereka selesai, Andri dan Tito pun pamit untuk pergi, melanjutkan
perjalanan mereka. Setelah beberapa langkah dari warung itu, mereka baru sadar
apa tujuan sebenarnya mereka mampir ke warung itu.
Andri :” ani tunggu (berlari menghampiri gadis
itu). Ada yang lupa, tau ga tambal
terdekat dari sini?”
Ani :” emang kenapa mas?”
Andri :” ban sepeda motor kita bocor, tadi malem
mau nanya lupa.”
Ani :” oh….. udah deket ko mas, mas tinggal lurus
aja nanti ada
pertigaan belok kiri, nah disitu
bengkelnya.”
Andri :”oh ya, boleh ga minta nomor hp kamu?
(basa-basi)”
Ani :” buat apa mas minta nomor hp aku?”
Andri :” ya biar kita bisa komunikasi, biar makin
akrab.”
Ani :” makin akrab apa makin akrab?”
”apa nanti cewenya mas ga marah kalo dia
tau, mas ngehubungin aku?”
Andri :” makin akrab lah. Emang kamu tau kalo aku
udah punya cewe?”
Ani :” masa cowo kaya mas belum punya cewe ya ga
mungkin”
Andri :” belum koh. Makanya sekarang lagi nyari
(menggoda)”
Ani :” hampir semua cowo juga bilang gitu, tapi
nyatanya…. (menghentikan perkataanya”
Andri :” tapi aku ga termasuk dari mereka”
Ani :” semoga aja gitu. Karena cewe juga ga mau
terus disakitin sama cowo”
Andri :” boleh ga minta nomor hp kamu? (mengalihkan
pembicaraan)”
Ani :” ehmmmm…..(berpikir). Gimana yah? (membuat
penasaran si Andri)”
Andri :”Ayolah, boleh donk”
Ani :” boleh lah, bentar yah! (mengambil hp dari
saku celananya)”
Andri :” nah gitu donk (tersenyum)”
Mereka berdua saling bertukar nomor hp. Di pingir
jalan yang agak jauh, Tito sudah menunggu lama.
Tito :” andri, jangan kelamaan. Lama-lama aku
lumutan nungguin kamu (berteriak)”
Andri :” iya bentar (sambil mencatat nomor telpon
Ani di hpnya)”
Andri pun berpamitan kepada Ani untuk melanjutkan
perjalananya. Anipun pulang ke rumahnya. Sebenarnya Ani tidak suka sama Andri,
tetapi dia berpikir kalau bisa deketin Andri pasti bisa deket sama Tito.
Tito :” gimana, udah tanya belum?”
Andri :” pastinya udah donk (tersenyum)”
Tito :” keliatanya kamu bahagia banget? Emang
kenapa sih?”
Andri :”iya donk. Aku dapet nomor telpon dia
(berbisik di telinga Tito)”
Tito :”kirain bahagia kenapa? Malah gara-gara
dapet nomor cewe doank.”
Andri :”iya donk, harus bahagialah. Dapetinya juga
lumayan susah koh.”
Tito :”iya udah jangan senyum terus, ntar gigimu
kering. Pasta gigi kan mahal (ngledek)”
Andri :” ye…. Sirik aja. Bilang aja kamu iri kan
sama aku.?”
Tito :” ngapain juga sirik. Ah udah , tadi ku cuma
bercanda ko ndri.”
Andri :” udah lah jangan di bahas lagi. Ayo kita
lanjutin perjalanan.”
Tito :”ok deh (mulai menununtun motornya).”
”eh ndri bantuin dorong dong, malah jalan
duluan.”
Andri :” eh iya To. Sory aku lupa kalo motor kita
bocor (berbalik dan membantu mendorong motor)”
Tito :” makanya jangan mikirin Ani terus ya, jadi
ga lupa ma temen.”
Mereka pun melanjutkan perjalanan dengan menuntun
motor. Hari sudah mulai terang saat mereka tiba di tukang tambal ban.
Setelah mereka selesai menambal ban, mereka pun
melanjutkan perjalanan mereka ke tempat tujuan. Dalam perjalanan mereka pun tak
henti saling bercakap-cakap.
Tito :” Ndri,….. (agak menengok ke belakang)”
Andri :” ya to, ada apa?”
Tito :”apa kamu bener-bener suka sama Ani?”
Andri :” emang kenapa to? (membuka kaca helmnya)”
Tito :” ya ga papa sih, Cuma pengin tau aja
(melihat spion kananya)”
Andri :”ga begitu suka juga sih (melihat hpnya ada
sms dari Ani)”
”aku Cuma niat bertemen aja sama dia (sambil
membalas sms dari
Ani)”
Tito :”Oh….. kirain kamu suka sama dia dan mau
menjalin hubungan yang lebih dari temen.”
Andri :”aku sih ga terlalu berharap sama dia, tapi
ada sedikit lah harapan itu”
Tito :” semoga aja yah sedikit harapan kamu itu
menjadi kenyataan.”
Andri :”amin (melihat hpnya lagi).”
Tak beberapa lama merekapun sampai di tempat
tujuan,yaitu di sebuah pantai di suatu daerah. Ternyata tanpa sepengetahuan
Tito, Andri dan Ani sudah janjian. Dan ternyata Ani datang bersama teman
prianya.
Ani
:” hai mas Andri, gimana tadi perjalananya.? (menyapa)”
Andri :” hai juga, ya gitu deh. Kamu datang sama
siapa An?”
Ani :” oh iya, kenalin ini temen aku. Namanya
Bahri (menunjuk kea rah temanya)”
Andri :” hai Bahri (menyapa)”
Bahri :” (hanya tersenyum)”
Dari kejauhan Tito memanggil,”ndri ayo sini. Ajak
sekalian tuh si Ani sama temenya (sambil nyebur ke air)”
Andri :”sebentar To, lagi ngobrol nih (berteriak)”
Tito :” jangan kelamaan. Kalo kelamaan nanti jadi
ga asyik lagi”
Andri :” ok. Bentar yah To.!”
” ayo An, Bahri kita susul si Tito yang
udah nyebur duluan (menarik tangan keduanya)”
Ani :” iya iya, tapi jangan di tarik dong. Sakit
tau”
Andri :” iya sory (melepaskan tanganya)”
Akhirnya mereka berempat pun bersenang-senang
bersama. Mereka tak sadar bahwa sebentar lagi malam akan dating. Ani dan
Bahripun pamit pulang,
Ani :”eh mas Andri sama mas Tito, aku pulang
duluan yah. Udah sore nih!”
Andri :” ngapain pulang? Apa ga lebih baik nginep
di Vila kita aja?”
Tito :” bener tuh. Nanti kamu kemaleman di jalan
lagi (berdiri)”
Ani :” ah ga lah mas. Lagian aku bawa temen ini”
” mas-mas yang cakep-cakep aku pulang dulu
yah. Sampai ketemu lain waktu (melambaikan tanganya)”
Ani dan Bahripun pulang, sedangkan Andri dan Tito
kembali ke vila. Malam itu begitu dingin, badan Andripun sampai menggigil.
Tito :”kamu kenapa Ndri (sambil memegang kopi
hangat)”
Andri :” emang kamu ga ngerasain dingin apa
(menggigil)”
Tito :” kamu baru pertama yah ke daerah seperti
ini? (menyeruput kopinya)”
Andri :”ya ga juga sih. Tapi disini bener-bener
beda cuacanya.”
Tito pun keluar ke balcon rumah untuk melihat
pemandangan sekitar vilanya. ”Memang bagus pemandangan disini”, berkata dalam
hati.
Sementara itu Ani di rumah sedang memikirkan Tito.
Semenjak pertemuan kedua mereka, Ani jadi tidak bisa melupakan Tito. Apakah
Tito suka sama aku juga yah.?, dalam benaknya. Perasaan itu terus hinggap di
dalam Hatinya, hingga suatu saat dia mendengar kabar bahwa Tito akan menikah.
Hatinya begitu hancur dan teriris. Sejak mendengar kabar tersebut, dia mencoba
untuk melupakan Tito. Hari-hari ia menyibukan diri dengan pekerjaanya, agar ia
bisa melupakan Tito. Akhirnya ada seorang pria yang melamarnya dan Ani pun
menikah dengan pria tersebut dan hidup bahagia selamanya.